Kabupaten Ponorogo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Ponorogo | |||
---|---|---|---|
— Kabupaten — | |||
(Dari atas, kiri ke kanan): Alun-alun, Pendopo, Graha Krida Praja, Gapura selamat datang, Patung singa, Masjid agung, Telaga Ngebel | |||
| |||
Nama lain: Kota Reog | |||
Motto: REOG (Resik Endah Omber Girang Gemirang) | |||
Peta Kabupaten Ponorogo | |||
| |||
Koordinat: 7°52′10″S 111°27′46″E / 7.86944°LS 111.46278°BT | |||
Negara | Indonesia | ||
Provinsi | Jawa Timur | ||
Hari jadi | 11 Agustus 1496 | ||
Pemerintahan | |||
- Bupati | H. Amin, SH | ||
- Wakil Bupati | Yuni Widyaningsih, SH | ||
- DAU | Rp. 634.712.282.000,- (2011)[1] | ||
Luas | |||
- Total | 1.371,78 km2 | ||
Ketinggian | 92 - 2.563 m | ||
Populasi (2010[2]) | |||
- Total | 855.281 | ||
- Kepadatan | 623,5/km² | ||
Kecamatan | 21 | ||
Kelurahan | 26 | ||
Desa | 279 | ||
Zona waktu | WIB (UTC+7) | ||
Kode pos | 63400 | ||
Kode area telepon | (+62) 0352 | ||
SNI 7657:2010 | PNG[3] | ||
Plat registrasi kendaraan | AE | ||
Situs web | ponorogo.go.id |
Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal sampai seluruh dunia adalah Pondok Modern Darussalam Gontor.
Etimologi
Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di manapun dan kapanpun berada.[5]Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.[5]
Sejarah
Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker, lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.[5]
Pemerintahan
Bupati
Berikut nama-nama bupati Ponorogo sejak 1944:Bupati Ponorogo | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
No. | Foto | Nama | Dari | Sampai | Keterangan | |||||||
1. | R. Soesanto Tirtoprodjo | 1944 | 1945 | |||||||||
2. | R. Tjokrodiprodjo | 1945 | 1949 | |||||||||
3. | R. Prajitno | 1949 | 1951 | |||||||||
4. | R. Moehamad Mangoendipradja | 1951 | 1955 | |||||||||
5. | R. Mahmoed | 1955 | 1958 | |||||||||
6. | R.M. Harjogi | 1958 | 1960 | |||||||||
7. | R. Dasoeki Prawirowasito | 1960 | 1967 | |||||||||
8. | R. Soejoso | 1967 | 1968 | |||||||||
9. | R. Soedono Soekirdjo | 1968 | 1974 | |||||||||
10. | H. Soemadi | 1974 | 1984 | |||||||||
11. | Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo | 1984 | 1989 | |||||||||
12. | Drs. R. Gatot Soemani | 1989 | 1994 | |||||||||
13. | DR. H.M. Markum Singodimedjo | 1994 | 2004 | |||||||||
14. | H. Muryanto, SH, MM | 2004 | 2005 | |||||||||
15. | H. Muhadi Suyono, SH, MSi | 2005 | 2010 | |||||||||
16. | H. Amin, SH | 2010 | 2015 | |||||||||
Sumber:Kotareyog.com |
[sunting] Perwakilan
Sumber:JariUngu[6] |
Pembagian administratif
Kabupaten Ponorogo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Ponorogo. Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 279 desa dan 26 kelurahan.Geografi
[sunting]Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub-area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko,Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua iklim yaitu penghujan dan kemarau.[4]
Iklim
Kabupaten Ponorogo memiliki iklim tropis yang mengalami dua musim, kemarau dan penghujan. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata tertinggi 32.2 °C dan suhu rata-rata terendah 23.9 °C[sembunyikan]Data iklim untuk Ponorogo | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Ags | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Catatan tertinggi °C (°F) | 35.6 (96) | 40 (104) | 38.3 (101) | 38.9 (102) | 36.1 (97) | 36.7 (98) | 36.1 (97) | 38.9 (102) | 38.9 (102) | 38.3 (101) | 38.9 (102) | 38.9 (102) | 40 (104) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.6 (87) | 30.6 (87) | 31.1 (88) | 32.2 (90) | 32.8 (91) | 32.8 (91) | 32.8 (91) | 33.3 (92) | 33.9 (93) | 33.3 (92) | 32.2 (90) | 31.1 (88) | 32,22 (90) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.9 (75) | 23.9 (75) | 23.9 (75) | 24.4 (76) | 24.4 (76) | 23.9 (75) | 23.3 (74) | 23.3 (74) | 23.3 (74) | 23.9 (75) | 24.4 (76) | 23.9 (75) | 23,89 (75) |
Catatan terendah °C (°F) | 20 (68) | 15 (59) | 13.3 (56) | 14.4 (58) | 17.8 (64) | 14.4 (58) | 14.4 (58) | 12.8 (55) | 16.7 (62) | 15 (59) | 13.3 (56) | 14.4 (58) | 12,8 (55) |
Presipitasi mm (inches) | 240 (9.45) | 195 (7.68) | 103 (4.06) | 86 (3.39) | 52 (2.05) | 58 (2.28) | 25 (0.98) | 22 (0.87) | 26 (1.02) | 100 (3.94) | 138 (5.43) | 197 (7.76) | 1.242 (48,9) |
% Kelembaban | 83 | 83 | 81 | 78 | 74 | 72 | 69 | 66 | 67 | 71 | 77 | 81 | 75,2 |
Rata-rata hari berhujan | 19 | 16 | 14 | 11 | 6 | 6 | 3 | 3 | 3 | 9 | 12 | 16 | 118 |
Sumber: Weather2[7] |
[sunting] Batas-batas administrasi
Kabupaten Ponorogo terletak di antara 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8° 20’ LS dengan batas wilayah sebagai berikut:ibu kota Ponorogo dengan ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 km arah timur laut dan ke ibu kota negara (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah barat.[4]
Ekonomi
Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di Kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di Kecamatan Jetis, Pasar Pon di Kecamatan Jenangan dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa.Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan.
[sunting] Demografi
[sunting] Penduduk
Sejarah kependudukan | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tahun | Jumlah penduduk | |||||||||||
1980 | 783.356 | |||||||||||
1990 | 837.055 | |||||||||||
2000 | 841.497 | |||||||||||
2007 | 852.534 | |||||||||||
2008 | 853.567 | |||||||||||
2009 | 854.505 | |||||||||||
2010 | 855.281 | |||||||||||
Sumber: BPS Pusat[8] dan BPS Jawa Timur[9] |
Agama
Agama yang dianut oleh penduduk kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Bappeda Jawa Timur pada tahun 2008, komposisi penganut agama di kabupaten ini adalah sebagai berikut[10]:- Islam 99,24%
- Kristen Protestan 0.38%
- Katolik 0.29%
- Buddha 0.06%
- Hindu 0.03%
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Kabipaten Ponorogo adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Jawa Madiun sebagai bahasa sehari-hari.Seni budaya
Kesenian
Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog. Seni Reog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.Selain Reog terdapat juga kesenian lain, yaitu Gajah-gajahan. Jenis kesenian ini mirip dengan hadroh atau samproh klasik, terutama alat-alat musiknya. Perbedaannya adalah terdapatnya sebuah patung gajah.
0 komentar:
Posting Komentar